Jumat, 21 Oktober 2011

resensi saga no gabai baachan


Judul                         : Saga no Gabai Baachan (nenek hebat dari saga)
Pengarang                : Yoshichi Shimada
Penerbit                     : Khansa Book (a division of Mahda Books)
Tahun terbit              : 2011
Cetakan                     : ke-2
Jumlah halaman      : 245 halaman

            Pada awanya tinggal bersama nenek bukanlah pilihan Akihiro Tokunaga. Waktu usia 8 tahun tanpa sepengetahuannya, ibunya mendorong Tokunaga masuk kedalam kereta  bersama bibinya untuk tinggal di rumah nenek di Saga. Dengan berat hati Tokunaga meninggalkan ibu, kakak dan Hiroshima, kota kelahirannya.
            Sesampainya di rumah nenek  yang  jauh dari keramaian seperti di Hiroshima, Tokunaga tidak disambut dengan pelukan sayang layaknya seorang nenek pada cucunya. Melainkan ia langsung diajak nenek ke dapur untuk diajarkan cara menanak nasi. Tak bisa berkutik, itulah yang dirasakan Tokunaga bila berhadapan dengan perintah-perintah nenek. Keesokan harinya, Tokunaga dibuat aneh dengan tingkah polah nenek yang tengah memunguti sampah yang menyangkut pada galah yang sengaja dipasang di sungai samping rumah. Yang nenek pungut tidak hanya sampah kayu, melainkan sayuran-sayuran seadanya untuk dimasak sebagai lauk. Nenek menyebut  sungai itu supermarket. Dan yang lebih mengherankan Tokunaga adalah setiap kali nenek berjalan pulang dari pekerjaannya sebagai tukang bersih-bersih di Universitas Saga, nenek mengikatkan tali dipinggangnya yang ternyata pada ujung tali itu terdapat magnet. Nenek menggunakan magnet untuk menarik sampah besi. “Sayang kalau kita hanya sekedar berjalan, dengan menggantungkan magnet, kita bisa menarik besi,lumayan untuk dijual, harganya mahal.” Itulah  kata nenek.
            Walaupun miskin, nenek tetap selalu ceria setiap harinya Bahkan ia suka sekali tertawa. Nenek tidak pernah mengeluh. Ia mendidik Tokunaga dengan kesederhanaan dan kesahajaan. Pada awalnya aturan-aturan nenek membuat Tokunaga kesal, tapi ketika dijalani, semua kata-kata nenek itu adalah benar.
            Sampai lulus SMP, Tokunaga tinggal bersama nenek. Sesaat ia harus memutuskan. Tetap tinggal bersama nenek atau meninggalkannya untuk melanjutkan SMA di Hiroshima. Delapan tahun bersama nenek membuat Tokunaga bisa memberi arti lain pada kehidupannya. Dan ia sudah memutuskan yang terbaik.

Saga no Gabai Baachan adalah novel terjemahan  dari bahasa Jepang, setelah di negeri asalnya terjual 100.000 eksemplar dan dibuat film,game maupun manga. Novel ini adalah kisah hidup masa kanak-kanak Yosichi Shimada. Ia sangat terkesan dengan neneknya. Dan ia ingin dunia tahu kisah nenek gabai (hebat) ini.
            Novel ini sangat menggugah hati. Dibalik kemiskinan dan kesederhanaan ternyata masih ada tawa dan kebahagiaan di mata nenek Osano dan kebahagiaan yang  ia tularkan pada cucunya juga pada pembaca di seluruh dunia. Kata-kata nenek yang penuh makna dalam novel ini membuat kita terdiam, berpikir sejenak atas apa makna kebahagiaan sesungguhnya. Kemiskinan bukanlah alasan untuk selalu mengeluh, melainkan harus dinikmati. Apapun kondisi kita. Tetaplah bahagia.
            Novel ini sangat direkomenadsikan untuk para anak nenek dan orang-orang yang rindu pada sosok nenek. Alurnya  mengalir sehingga mudah dimengerti. Bahasanya sederhana namun penuh makna. Meski pada beberapa bagian kalimat harus diulang karena kurang mengerti, tapi itulah proses pemahaman makna yang memiliki isi luar biasa.
Selamat Membaca!!!!
  

0 komentar:

Posting Komentar

 
;