Judul : Sebelas Patriot
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2011
Cetakan : ke-1
Jumlah halaman : 108 halaman
Sepak bola adalah olahraga rakyat yang mendunia. Semua orang bisa memainkannya. Tak mengenal miskin atau kaya, tua atau muda. Seolah sepak bola bisa masuk dengan mudah ke belahan dunia manapun. Kehati siapapun. Mendarah daging. Dan menjadi kegembiraan tersendiri bagi yang memainkannya, menontonnya bahkan yang hanya mendengar ceritanya sekalipun.
Ikal kembali bercerita. Kali ini ia menceritakan olahraga kegemarannya. Sepak bola.
Berawal dari sebuah foto misterius yang ia temukan di sebuah album diatas lemari. Foto yang menurutnya memilliki aura histori yang kuat. Foto tua yang sudah buram. Seorang lelaki muda yang tengah memegang piala.
Dulu semasa jaman penjajahan Belanda. Terkenal tiga bersaudara yang pandai bermain sepak bola. Mereka adalah kuli parit tambang PN timah. Mereka tersohor karena tim kuli parit kerap kali memenangkan berbagai pertandingan sepak bola yang diadakan Belanda. Meski pada akhirnya mereka terpaksa mengalah pada tim Belanda karena takut diangkut ke tangsi. Hingga Belanda merasa terancam akan eksistensi tim sepak bolanya. Tiga bersaudara itu pun dilarang bermain lagi. Namun pada suatu partandingan. Tiga bersaudara nekad ikut bermain. Mereka meyakini, sepak bola dapat menjadi alat untuk berjuang melawan penjajah. Sampailah mereka di final melawan tim Belanda. Kali ini mereka tidak akan mengalah. Harga diri bangsa adalah taruhannya. Kepandaian tiga bersaudara tidak dapat diragukan lagi. Satu-satunya gol dari si bungsu tiga bersaudara menjadi saksi sebuah perlawanan kepada penjajah. Alhasil, mereka langsung diasingkan dan disiksa.
Si bungsu, yang menjadi pahlawan pertandingan saat itu. Yang tempurung lututnya hancur akibat siksaan Belanda. Adalah ayah Ikal. Dari sanalah, ikal mempunyai semangat sepak bola yang berkobar-kobar. Ia ingin melanjutkan cita-cita ayahnya menjadi pemain sepak bola negerinya. Pemain sayap kiri.
Berbagai upaya ditempuh ikal untuk menjadi anggota junior PSSI. Mulai dari menjadi anggota tim sepak bola kampong yang dilatih oleh pelatih Toharun yang terkenal dengan filosofi buah-buahan dalam mengatur strategi permainan. Sampai ia menembus provinsi. Tapi, Ikal gagal pada tahap akhir. Ia tak menjadi anggota junior PSSI. Namun semangatnya pada sepak bola tak pernah padam. Dengan setia, ia dan ayahnya tetap membela PSSI, tim kesayangan mereka berdua disetiap pertandingannya dengan hanya menonton di televisi kantor kepala desa.
Sampai ikal dewasa dan kuliah di Sorbonne, Paris, Prancis. Ia tetap mendukung PSSI. Namun, ayahnya pernah bilang, selain PSSI, ia juga suka Real Madrid. Dengan usaha kerasnya menjadi backpacker, ikal pergi ke Madrid, mengumpulkan uang untuk membeli kaos bertanda tangan Louis Figo, pemain Real Madrid. Sampai ia berhasil menonton pertandingannya langsung atas bantuan temannya di Madrid. Adriana. Namun, di hati ikal, yang paling dalam. Dimana pun ia berada. Tim mana pun yang ia tonton. Tetap, PSSI menjadi nomor satu. Apapun yang terjadi. Ia akan meneriakan, Indonesia!indonesia! sebagaimana yang dilakukan ayahnya sewaktu pertandingannya melawan Belanda. Dan tetap menjadi patriot PSSI.
Sebelas patriot adalah novel ke tujuh Andrea Hirata. Novel ini banyak menceritakan tentang sepak bola. Namun pada keseluruhan cerita, intinya adalah tentang patriotisme.
Ditengah berbagai konflik dan huru-hara yang mendera PSSI. Mengecam, merendahkan, mempertahankan, mengacuhkan dan saling menyalahkan . Andrea justru mengahadirkan nuansa lain. Ia seolah menegaskan, sepak bola hanyalah 10%, sementara 90% nya adalah perjuangan membela Negara. Harga diri bangsa.
Novel ini patut dibaca oleh seluruh pecinta bola di tanah air. Juga sangat di rekomendasikan untuk para pengurus PSSI dan para petinggi negri lainnya. Supaya mereka tidak sampai kehilangan esensi dari sepak bola itu sendiri. Mereka lebih mengutamakan ego, politik, bisnis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan urusan pribadi. Mereka kerap kali lupa bahwa nama negeri ini adalah taruhannya. Harga dirinya.
Melalui sepak bolalah, jiwa patriotisme bisa di pacu. Dibangunkan. Disadarkan kemudian di gerakan untuk bisa berbuat banyak pada negeri ini. Jiwa patriotisme akan menimbulkan semangat luar biasa sehingga bisa menggetarkan hati siapapun. Dengan ini, para patriot bangsa diharapkan bisa menghidupkan negerinya. Dengan meneriakan, Indonesia! Indonesia!
Indonesia, aku datang!
Indonesia, engkau menang!
0 komentar:
Posting Komentar