“masa muda adalah waktu untuk menanam dan masa tua adalah waktu untuk menuai.” Kurang lebih itulah inti yang aku simak dari seorang pembicara di sebuah acara bedah buku. Aku jadi merenung, memikirkan kata-kata itu. kadang kita sebagai remaja kurang memaknai arti kata ‘waktunya menanam’. Remaja sekarang cenderung tergesa-gesa atau bahkan ada yang ingin langsung memetik hasilnya tanpa menanam apapun terlebih dahulu. Lagi pula siapa sih yang tak ingin enak tanpa bersusah payah, tanpa bekerja dan berusaha. Aku memahami dan ikut pula merasakan hal itu.
Diibaratkan menanam sebuah pohon. Pertama kita cari benih yang bagus, tanah yang subur. Lalu kita tanam. Tidak hanya sampai disitu. Kalau kita ingin mendapatkan pohon yang bagus. Kita harus rajin menyiraminya, memberi pupuk, memberi anti hama bila perlu. Selama proses pertumbuhan itu, kadang kita kehabisan uang untuk membeli pupuk dan anti hama, padahal saat itu kita ingin tas baru, baju baru dan lain sebagainya, demi pohon, kita harus rela. Setelah itu, kita harus merelakan waktu bermain, jalan-jalan ke mall, atau sekedar nongkrong untuk menyirami pohon kita secara rutin, menjaganya agar tidak terlalu tersengat matahari atau rusak di terpa angin dan hujan. Dan satu lagi, kita harus benar-benar sabar, karena pohon yang kita tanam adalah pohon jati atau pohon durian yang tumbuh sangat lama, butuh belasan tahun bahkan puluhan tahun, namun kita juga tahu, berapa harga pohon jati dipasaran sekarang, harga durian yang tinggi dan selalu diminati banyak orang. Saat itu, uang yang kita keluarkan, jasa yang kita korbankan, dan kesabaran yang kita rasakan, akan terbayar sudah. Kita tinggal ongkang-ongkang kaki sambil menikmati hidup ini, sambil menceritakan perjalan hidup yang luar biasa kepada anak cucu kita. Bahkan ada pula wartawan atau penulis yang mengangkat kisah sukses kita. Semua berawal dari menanam pohon. Hanya menanam pohon yang sepertinya sepele.
Dalam konteks ini, bukan berarti saya menganjurkan untuk menanam pohon. Ini hanya pengibaratan. Coba kita bandingkan, apa yang akan kita tuai di masa tua jika tidak ada apapun yang kita tanam. Mungkin kita hanya mengambil buah yang jatuh atau istilah sundanya “mulung” dari pohon orang lain. Buah yang sudah agak busuk atau rusak karena jatuh. Harga di pasaran pun pasti lebih rendah di banding buah yang dipetik langsung dari pohonnya. Atau mungkin kita juga bisa memetik langsung dari pohonnya, pohon siapa, jelas pohon orang lain. Tapi itu namanya mencuri. Kita bisa kaya tapi hasil mencuri atau mungin korupsi. Apakah akan berkah?
Masa muda, memang masa yang penuh dengan godaan kesenangan. Nongkrong, jalan-jalan, shopping, makan di restoran mewah, dan lain sebagainya. Ada yang bilang, masa muda adalah masa untuk mencoba segala kesenangan. Menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, “mumpung masih muda,” itulah yang sering,sering sekali dikatakan orang. Dan aku berpikir, “mumpung masih muda” kenapa tak gunakan waktu yang singkat ini untuk sesuatu yang berguna, untuk proyek jangka panjang, masa tua dan anak cucu. Apa tak pernah berpikir bahwa kita akan tua? Kita akan sangat tak berdaya di masa itu. kulit keriput, kecantikan dan ketampanan yang selama ini dibanggakan akan hilang. Tenaga mulai lemah. Otak mulai berpikir lambat. Ditambah lagi penyakit mulai berdatangan. Apa yang akan kita lakukan jika kita tak punya bekal apa-apa. Berharap pada anak-anak kita tidak bisa, karena mereka pun sama mengikuti jejak orang tuanya. Bersenang-senang di masa muda sementara orang tuanya megap-megap sesak napas, menahan derita hidup di masa tua.
Sebagai remaja yang sedang menuju dewasa dan pasti akan tua, sebaiknya dipikirkan lagi. Kebiasaan menghabiskan uang orang tua dengan hal-hal tak berguna sangat disayangkan. Coba pikirkan, akan sangat lumayan jika uang itu kita tabungkan untuk proyek jangka panjang kita, masa tua dan anak cucu. Apalagi jika kita rajin, uang itu bisa di kembangkan di dunia bisnis. Kalaupun kita termasuk orang yang mengaku tak punya bakat bisnis. Kenapa tidak untuk pendidikan kita di masa depan. Atau kita termasuk orang yang mengaku punya kepintaran di bawah rata-rata, kebiasaan malas dan mengaku tak punya bakat bisnis. Tak apa hanya sekedar ditabung. Setidaknya tidak digunakan untuk foya-foya, atau bisa digunakan untuk mengikuti training motivasi supaya muncul sifat rajinnya. Ingatlah, moto kita yang sering kita tulis di buku biodata anak SD, “rajin pangkal pintar hemat pangkal kaya.”
Tidak melulu dalam hal keuangan. Kita harus rela mengorbankan waktu kita. Masa muda adalah masa untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Mencoba hal-hal ektsrim yang menguji adrenalin. Untuk bahan cerita ke anak cucu, itu alasannya. Memang tidak disalahkan, jusrtru itu sangat dianjurkan. Bukankah kita lebih mudah belajar dari pengalaman. Dan ingat, pengalaman bukan hanya untuk dijadikan bahan cerita buat anak cucu, tapi pengalaman yang menjadi bahan pembelajaran untuk hidup kita, meningkatkan kualitas hidup kita, terlebih untuk proyek jangka panjang, masa tua dan anak cucu.
Belajar. Kata-kata itu mungkin terdengar sangat menyeramkan bagi remaja. Tapi, faktanya itulah masa kita. Baik belajar secara formal maupun non formal. Secara formal, selagi kita mampu, raihlah pendidikan setinggi mungkin. Sampai gelar doctor atau professor mungkin. Tapi tak sampai sana juga tidak apa-apa asal sudah bisa membuat kita mandiri di negeri sendiri. Tapi, belajar formal saja tidak cukup, belajar secara non formal juga sangat di butuhkan untuk menunjang karier kita. Terlebih kualitas hidup. Kalau untuk anak sekolah dan mahasiswa, misalnya ikut ekstrakulikuler atau kegiatan pemuda lain yang kita sukai dan bermanfaat tentunya. Tidak hanya ikut-ikutan atau numpang tenar, tapi benar-benar berkomitmen untuk menjalaninya demi meningkatkan kualitas diri kita. Kalau kita sudah komitmen dan bergerak aktif di dalamnya, ketenaran akan datang dengan sendirinya.
Setelah pengorbanan materi dan waktu, yang terakhir adalah pengorbanan perasaan, dimana kesabaran kita diuji. Sabar karena uang jatah nonton kita dipakai untuk beli buku pelajaran, sabar waktu nongkrong kita dipakai untuk belajar. Jenuh dan membosankan. Kadang kita bertanya, kenapa hidup kita terus-terusan begini, seperti tak ada kemajuan. Nah, disinilah kesabaran kita dipertaruhkan untuk proyek jangka panjang kita, masa tua dan anak cucu. Ada orang yang bisa bertahan ada pula yang menyerah begitu saja. Sehingga pohon yang mulai tumbuh dengan baik, bahkan ada yang sudah mulai berbunga harus gugur sebelum waktunya. Harus mati padahal sebentar lagi musim penghujan. Sangat disayangkan. Namanya juga proyek jangka panjang. Wajarlah jika terasa lama. Harga pohon jati yang masih muda, yang masih mudah rapuh tentu berbeda dengan harga pohon jati yang sudah tua, sudah kokoh, sudah kuat ditempa hujan petir dan panas terik. Kualitas tidak akan membohongi harga. Semakin berkualitas diri kita. Maka kita akan semakin berharga di mata orang lain.
Perlahan namun pasti. Biaya, waktu dan kesabaran adalah usaha yang mutlak harus ada dalam pembangunan proyek ini. Tapi yang lebih penting lagi adalah doa dan ketaatan kita pada yang Maha Esa. Bukan kita yang menumbuhkan, kita hanya menanam dan mengusahakan. Namun percayalah, semua yang kita korbankan demi kebaikan akan mendapat balasan yang setimpal. Rasa sakit itu akan terbayar jika kita mau bersabar.
Akan ada waktunya. Ingatlah kata-kata itu. kita ini sedang menanam. Kita ini sedang berkorban untuk sesuatu hal yang besar. Bertahanlah. Kita harus belajar atau bekerja sampai larut malam, sementara orang lain nonton dan nongkrong. Kita makan hanya sekedarnya, sementara orang lain makan enak di restoran mewah. Kita harus bekerja cari tambahan uang kuliah di waktu libur, padahal teman-teman sekelas kita sedang liburan ke Bali. Akan ada waktunya, kita tidur nyenyak tanpa banyak pikiran, makan makanan enak, belanja barang-barang berkelas, liburan ke luar negeri dan banyak hal menyenangkan lainnya. Semakin sulit perjuangan kita, maka semakin manis apa yang kita perjuangkan itu. Jadi, bagaimana dengan proyek jangka panjangmu, proyek masa tua dan anak cucu? Tertarik? Segera bangun dan bergegaslah.
Ciamis, 7 November 2011
0 komentar:
Posting Komentar