Judul : 9 Matahari
Pengarang : Adenita
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : 2010
Cetakan : ke-5
Jumlah halaman : 359 halaman
Biaya. Adalah masalah klasik dalam dunia pendidikan. Demikian dengan Matari, seorang gadis yang sangat haus akan ilmu pengetahuan. Tapi, sayangnya ia tak punya cukup uang untuk menghilangkan dahaganya itu. Ditambah lagi, sang ayah yang tidak mendukung keinginannya untuk melanjutkan sekolah. Ia menganggap cita-cita Matari yang ingin sekali kuliah itu hanya angan-angan semata. Terlebih setelah ia di PHK dan hanya menjadi petani tanaman dengan penghasilan yang tidak menentu. Otomatis orang tua Matari angkat tangan soal biaya. Namun itu tak memadamkan semangat Matari untuk tetap lanjut kuliah. Dengan keyakinan dan keras kepalanya ia percaya bisa menjadi sarjana. Apapun caranya.
Dimulai dengan meminjam uang dari kerabat dan sahabat sebagai modal masuk kuliah. Dengan bantuan kak Hera, kakak Matari. Ia berhasil mendaftar dan masuk ke sebuah Universitas di Bandung. Fakultas Ilmu komunikasi, program ekstensi.
Langkah Matari tidak berhenti begitu saja. Justru, ini adalah awal perjuangan Matari meraih cita-citanya. Juga pengalaman hidup yang membuat jiwanya lebih kaya. Dengan gemblengan yang luar biasa menjatuh bangunkan seorang Matari.
Setelah ia menjadi mahasiswa, ia berusaha berpikir bagaimana caranya bertahan hidup di Bandung. Tanpa ada dukungan dana dari siapapun. Dengan berbagai cara, Matari bekerja apapun yang bisa menghasilkan uang. Akhirnya, ia diterima bekerja sebagai penyiar radio. Meskipun gajinya tidak mencukupi kebutuhannya dan menutupi hutang-hutangya. Alhasil, Matari harus gali lobang tutup lobang untuk menyambung hidup. Tapi, bermula dari penyiar itulah, terbuka kesempatannya untuknya mengeksplorasi diri, mulai dari MC sampai ikut ajang pemilihan presenter berita. Jaringan komunikasi terbuka lebar. Matari punya banyak teman. Tapi ia tetap merasa ada yang salah dengan dirinya.
Di tengah-tengah perkuliahannya, ia mulai terseok-seok. Hutangnya semakin menumpuk dan lingkungan kerjanya yang semakin tidak kondusif membuatnya semakin tidak nyaman. Matari mulai menunggak uang kuliah. Sampai suatu hari ia menjadi sangat drop. Matari sakit. Namun, ia beruntung mempunyai seorang teman bernama Sansan dan keluarganya yang sangat welcome pada Matari. Selama sakit itulah, Matari tinggal di rumah keluarga Sansan. Dari sanalah, Matari mendapat sulutan semangat baru. Terutama mami, ibu Sansan yang tak henti menyemangatinya.
Matari punya semangat baru, ia berjanji akan menjadi Matahari yang menyinari semua orang terutama untuk keluarga Matari. Ia memutuskan keluar dari pekerjaanya sebagai penyiar dan cuti kuliah. Ia ingin rehat sejenak dan belajar dulu dari sekolah kehidupannya.
Matari mulai ikut bergabung dengan empat sekawan. Arga, Mas Medi, Genta dan Ical. Mereka adalah para pelopor CTV. Merekalah para matahari baru untuk Matari. Yang menjadikan hidup Matari lebih hidup. Yang ikut andil dalam memberikan nyawa bagi mimpi-mimpi Matari.
Atas bantuan keluarga seruling, keluarga baru yang ia kenal dari Pandu sahabatnya. Matari dapat melanjutkan kuliah yang hampir Drop Out. Ia juga kembali bekerja di radio. Kembali menyambung hidup yang hampir sekarat. Ia ingin membuktikan pada keluarganya, terutama ayahnya. Bahwa pendidikan bisa mengubah nasib seseorang. Pendidikan bisa meningkatkan kesetaraan derajat manusia yang berada di bawah garis miskin sekalipun. Ia yakin, seorang Matari bisa menjadi Matahari.
Buku ini sungguh menginspirasi. Tapi jauh dari itu, buku ini seperti virus yang menularkan semangat bagi pembacanya. Mencoba menghidupkan mimpi-mimpi dan menjadikannya nyata.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk para mahasiswa dan calon mahasiswa yang haus ilmu. Juga pada semua orang yang punya mimpi. Bahwa untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita harus berani membayarnya dulu. Semahal apa, tergantung kualitas keinginan kita. Dibayar dengan apa, itu bagaimana yang kuasa. Kita hanya diwajibkan untuk berusaha.
Semangat!
0 komentar:
Posting Komentar