Aku hanya memejamkan mata.
Namun tiba-tiba terlihat beranda depan sebuah rumah bergaya belanda.
Seasang kursi kayu yang mengapit sebuah meja kecil dan secangkir minuman diatasnya yang masih mengepul.
Sesosok tubuh tinggi tegap tengah membelakangiku yang masih mematung di depan pintu.
Aku pun memandangi sekeliling.
Tengah hujan rupanya.
Hujan yang kemudian menjadi gerimis.
Aku merasa dingin sekali saat angin berbau tanah dan air itu mengipas wajahku.
Ya, sangat dingin.
Seolah yang ku hirup adalah air hujan itu.
Tatapanku kembali pada sosok tinggi tegap itu.
Aku ingin bersuara.
Namun tenggorokanku seperti tercekat udara dingin yang masuk tadi.
Hujan mulai reda, namun justru semakin dingin.
Minuman di cangkir itu pun tak mengepul lagi.
Aku ingin melangkah menuju sosok itu dan menepuk bahunya.
Namun tak bisa.
Aku seperti di kutuk mematung di depan pintu.
Aku hanya bergumam dalam hati.
“berbaliklah, berbaliklah!”
Bahkan hatiku pun mulai terasa berat.
Kenapa jadi dingin sekali, seolah aku tak bisa bergerak lagi.
Aku hanya berupaya berkata dengan hati dan berharap ia mendengarnya,
“berbaliklah!”
Semakin terasa beku.
“berbaliklah!”
“berbaliklah!”
“berbaliklah!”
Ia menggerakan bahunya.
“berbalik…….lah!!”
Dan akau tak bisa apa-apa lagi.
…..aku hanya membuka mata……
(siang itu saat hujan. Antara mimpi, imajinasi dan kenyataan yang sedang, telah dan mungkin akan aku alami)
5 march’11
0 komentar:
Posting Komentar