Ku lucu malati
Nu aya di taman taman sari
Hiur seungit nu geulis
Nu geulis putri mantili
Nu aya di taman taman sari
Hiur seungit nu geulis
Nu geulis putri mantili
Ku hegar ermawar
Nu aya di taman sekar
Sedeng mangkak barekah
Aduh manis jeung dahlia
Ku lucu wong ayu
Nu geulis putri rengganis
Teuneung ludeng teu keueung
Nu geulis ti arga puri
Nu aya di taman sekar
Sedeng mangkak barekah
Aduh manis jeung dahlia
Ku lucu wong ayu
Nu geulis putri rengganis
Teuneung ludeng teu keueung
Nu geulis ti arga puri
Pencipta: Ibu Saodah Harnadi N.
Lagam: Cianjuran, Degung-Kawih
Laras: Madenda, Pelog
Wanda: Panambih
Lagam: Cianjuran, Degung-Kawih
Laras: Madenda, Pelog
Wanda: Panambih
siang ini terdengar gending kawih yang terdengar serasi dengan siang yang terik. saya jadi ingat almarhum kakek yang suka menyanyikan lagu ini sewaktu saya kecil. jika mendengar lagu-lagu sunda seperti ini entah kenapa ada perasaan yang lain. ada haru, rindu, cinta pada tanah kelahiran yang bernama lain parahiyangan ini. mungkin karena ini tanah kelahiran jadi aku tidak dapat menggambarkan persis perasaan seperti apa yang sekarang tengah saya rasakan. cinta yang tidak beralasan kadang sulit untuk di jelaskan. berasa rindu padahal ada di daerah sendiri, tapi perasaan itu selalu ada. mungkin rindu masa lalu, rindu melewati bertahun-tahun di tanah ini. hingga sekarang sampai pada sebuah keadaan yang dinamakan dewasa. aku jadi bertanya apa saja yang sudah aku berikan untuk tanah yang tidak pernah aku tinggalkan ini. kadang kita hanya merasa cinta saja tanpa ada pembuktian yang nyata. malu juga memang.
baru-baru tanah sunda khususnya juga tanah-tanah budaya lain di indonesia di gemparkan dengan akan di hapuskannya bahasa daerah dari kurikulum pendidikan. mendengar itu saya cukup kaget dan merasa tidak setuju. bahasa daerah adalah bagian dari budaya dan budaya memiliki karakter yang menjadi identitas bangsa. kalau sampai bahasa daerah dihilangkan, maka hilang juga sebagian karakter kita, identitas kita.
jaman terus berkembang, sedikit demi sedikit budaya tergerus globalisasi. teknologi yang menjadi kiblat tertinggi di dunia saat ini semakin tidak terkendali. asimilasi budaya dari berbagai negara beradu keluar masuk tanpa ada batas. meskipun tidak ada salahnya untuk mengetahui budaya lain namun sayangnya pemahaman budaya sendirinya kurang atau bahkan tidak ada. banyak remaja menyerap budaya tanpa mengetahui latar belakang, tujuan dan manfaat yang mereka dapat dari budaya tersebut. yang penting gaya dan gaul. itulah alasan kebanyakan. jika lama-lama terus dibiarkan bisa-bisa nanti kita tidak punya nama.
ternyata kawan-kawan di jejaring sosial pun beranggapan sama. bahkan para aktivis, pendidik dan para sastrawan melakukan demonstrasi menolak kurikulum tersebut. meskipun saya hanya dapat melihat dari televisi, membaca dari koran dan internet tanpa bisa melakukan suatu hal yang konkret. namun, saya berharap kalau bahasa daerah tidak akan di hapuskan. biar ia tetap menjadi bahasa ibu tempat asal mula kita. ibu tempat pulang kita.
baru-baru tanah sunda khususnya juga tanah-tanah budaya lain di indonesia di gemparkan dengan akan di hapuskannya bahasa daerah dari kurikulum pendidikan. mendengar itu saya cukup kaget dan merasa tidak setuju. bahasa daerah adalah bagian dari budaya dan budaya memiliki karakter yang menjadi identitas bangsa. kalau sampai bahasa daerah dihilangkan, maka hilang juga sebagian karakter kita, identitas kita.
jaman terus berkembang, sedikit demi sedikit budaya tergerus globalisasi. teknologi yang menjadi kiblat tertinggi di dunia saat ini semakin tidak terkendali. asimilasi budaya dari berbagai negara beradu keluar masuk tanpa ada batas. meskipun tidak ada salahnya untuk mengetahui budaya lain namun sayangnya pemahaman budaya sendirinya kurang atau bahkan tidak ada. banyak remaja menyerap budaya tanpa mengetahui latar belakang, tujuan dan manfaat yang mereka dapat dari budaya tersebut. yang penting gaya dan gaul. itulah alasan kebanyakan. jika lama-lama terus dibiarkan bisa-bisa nanti kita tidak punya nama.
ternyata kawan-kawan di jejaring sosial pun beranggapan sama. bahkan para aktivis, pendidik dan para sastrawan melakukan demonstrasi menolak kurikulum tersebut. meskipun saya hanya dapat melihat dari televisi, membaca dari koran dan internet tanpa bisa melakukan suatu hal yang konkret. namun, saya berharap kalau bahasa daerah tidak akan di hapuskan. biar ia tetap menjadi bahasa ibu tempat asal mula kita. ibu tempat pulang kita.
0 komentar:
Posting Komentar