Kamis, 17 Januari 2013

when we don't like someone


Antonim kehidupan pasti selalu ada dalam setiap harinya. Siang malam, panas dingin, gelap terang, suka duka dan lain sebagainya. Begitu pun ketika kita pernah menyukai seseorang tak dapat dipungkiri kalau kita pun pernah atau bahkan sering tidak menyukai seseorang betapapun kita menjaga sikap untuk menjaga suasana baik.
Ketika kita menyukai seseorang, lawan jenis kita misalnya memang kita kadang sulit untuk mengatakannya, padahal kata-kata dala hati sudah ada di ujung lidah tetap saja susah, namun tak sedikit pula orang yang menyatakan perasaanya dengan mudah bahkan melakukan persiapan tertentu supaya berkesan indah, menggunakan bahasa-bahasa puitis yang penuh makna, lewat kejutan khusus, sambil memberikan barang-barang kesukaan orang yang kita suka dan banyak lagi. Tapi, bagaimana caranya untuk mengungkapkan perasaan tidak suka kita pada seseorang. Haruskah kita ungkapkan?
Seorang temanku mengatakan bahwa “Jatuh cinta itu sederhana, ketika aku mencintainya, itu adalah urusanku, bagaimana dia kepadaku, itu adalah urusannya”. Benar memang, rasa suka dan tidak suka pada dasarnya adalah sesuatu yang muncul di hati kita dengan sendirinya. Meskipun banyak faktor luar yang mempengaruhi tapi tetap hatilah yang memutuskan suka atau tidaknya kita. Rasa suka dan tidak suka memiliki banyak kemiripan. Ketika kita suka pada seseorang kita sering memikirkannya, begitu pun rasa tidak suka. Langsung merespon ketika ada yang menyebut namanya bahkan ikut nimbrung jika ada yang membicarakannya. Selalu saja ingin tahu apa yang dilakukannya. 
Rasa suka kalau belum dikatakan memang menyiksa. Rasa tidak suka lebih jauh menyiksa lagi. Rasa suka jika sudah di ungkapkan kdang membuat kita merasa jauh lebih lega sekalipun kita harus kecewa karena perasaan kita ditolak. Namun kalau kita mengungkapkan perasaan tidak suka kita, kalau perasaan kita ditolak malah akan memperpanjang masalah bahkan mengacaukan suasana. Kecuali rasa suka itu diungkapkan pada seseorang yang memang menyadari kelemahan dan kekurangan dia. Baru itu dapat menyelesaikan. Justru nantinya malah akan tercipta suasana yang baik.
Rasa tidak suka pada seseorang memang menyulitkan diri kita sendiri. Nah ini yang perlu di bahas lebih lanjut untuk kita yang memang belum punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan kita. Rasa tidak suka sering menimbulkan rasa marah, kesal, kecewa, benci, dan perasaan negatif lainnya. Sebaik apapun kita di luar, pasti pernah atau mungkin sering merasakan perasaan seperti itu. Satu-satunya cara yaitu dengan mengendalika perasaan itu semua.
Bapak mario teguh pernah mengatakan bahwa rasa marah yang tak dapat dikendalikan akan merendahkan diri kita sendiri. Itulah yang selalu saya ingat ketika saya marah pada seseorang. Orang yang terhasut oleh kemarahannya sendiri apalagi sampai ditunjukan pada orang banyak maka akan merendahkan dirinya dan justru menampakan sisi buruk dirinya. So, jangan sampai seperti itu.
Jika rasa marah , kesal, kecewa itu muncul dari orang yang tidak kita sukai maka langkah pertama yang biasa aku lakukan adalah menarik napas panjang. Ketika kita marah maka tekanan darah bisa naik dengan tiba-tiba, pacu jantung akan lebih cepat sehingga aliran darah tidak terkontrol. Dengan mengatur nafas maka oksigen yang masuk akan cukup mengendalikan pacu jantung sehingga tekanan darah bisa kembali normal. Setelah itu aku biasanya mengucapka kalimat Alloh, “Astagfirullohal’adziim.” Berkali-kali sampai perasaan cukup tenang. Kalau rasa marah masih tersisa biasanya saya menulis, menulis apapun termasuk rasa marah dan kesal itu sendiri tapi tanpa menuliskan nama orang yang tidak kita sukai itu. Selain itu aku selalu berusaha untuk menjadikan pikiran negatif menjadi positif. Berhusnudzonlah. Aku juga selalu berusaha mengalihkan pikiranku pada hal lain. Mencoba melupakan kekesalan dan kemarahanku. Dan selalu tersenyum pada orang yang tidak kita sukai itu maskipun dalam hati masih menggeremet(istilah asing. Hehe), meski lain di luar lain di hati menurutku itu bukan munafik ataupun bermuka dua. Kita hanya ingin menjaga hubungan baik. Bagaimana pun yang ada dalam hati kita semata-mata adalah prasangka. Kita sudah berusaha untuk mengendalikannya dengan baik. jangan sampai orang tahu prasangka yang ada dalam hati kita yang belum tentu fakta dan kebenarannya. Cukup kita dan Alloh yang tahu.
Nah, bagaimana kalau kita benar-benar kesal dan marah tidak tertahankan. menurutku kita boleh bercerita pada seorang teman dengan syarat bukan sembarang teman, tapi seorang teman yang amanah dan sekiranya bisa memberi solusi. Bukan sebaliknya, teman yang malah mengompori kita semakin marah dan benci. Dalam bercerita pun kita harus hati-hati , kita bercerita karena kita ingin solusi, baik itu solusi untuk orang yang tidak kita suka itu maupun untuk diri kita sendiri. Dan jalan terakhir untuk menyelsaikannya adalah mengungkapkan langsung apa perasaan kita pada orang yang kita tidak suka itu. Namun dengan niat yang baik dan utarakan maksud kita itu yaitu untuk memperbaiki diri masing-masing. Karena rasa tidak suka bisa saja disebabkan karena masalahnya memang berasal dari diri orang yang tidak kita suka. Kenali suasana, jangan cari tempat atau suasana yang malah memancing emosi. Sertai dengan teman yang kita anggap mampu memberikan solusi dan melerai kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Dan mengunkapkan rasa tidak suka harus dengan keberanian tinggi. Kita harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu supaya apa yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik.
Jangan buat diri kita susah oleh hanya sekadar prasangka. Biarkan rasa tidak suka itu ada sebagai bagian pembelajaran kita atas sabar, menahan nafsu, berprasangka baik dan syukur. Dalam keadaan apapun selalu ada hal untuk kita syukuri. Termasuk rasa tidak suka.
Wallohu a’lam..............

0 komentar:

Posting Komentar

 
;