Antonim kehidupan
pasti selalu ada dalam setiap harinya. Siang malam, panas dingin, gelap terang,
suka duka dan lain sebagainya. Begitu pun ketika kita pernah menyukai seseorang
tak dapat dipungkiri kalau kita pun pernah atau bahkan sering tidak menyukai
seseorang betapapun kita menjaga sikap untuk menjaga suasana baik.
Ketika kita
menyukai seseorang, lawan jenis kita misalnya memang kita kadang sulit untuk
mengatakannya, padahal kata-kata dala hati sudah ada di ujung lidah tetap saja
susah, namun tak sedikit pula orang yang menyatakan perasaanya dengan mudah
bahkan melakukan persiapan tertentu supaya berkesan indah, menggunakan bahasa-bahasa
puitis yang penuh makna, lewat kejutan khusus, sambil memberikan barang-barang
kesukaan orang yang kita suka dan banyak lagi. Tapi, bagaimana caranya untuk
mengungkapkan perasaan tidak suka kita pada seseorang. Haruskah kita ungkapkan?
Seorang temanku
mengatakan bahwa “Jatuh cinta itu sederhana, ketika aku
mencintainya, itu adalah urusanku, bagaimana dia kepadaku, itu adalah urusannya”.
Benar memang, rasa suka dan tidak suka pada dasarnya adalah sesuatu yang muncul
di hati kita dengan sendirinya. Meskipun banyak faktor luar yang mempengaruhi
tapi tetap hatilah yang memutuskan suka atau tidaknya kita. Rasa suka dan tidak
suka memiliki banyak kemiripan. Ketika kita suka pada seseorang kita sering
memikirkannya, begitu pun rasa tidak suka. Langsung merespon ketika ada yang
menyebut namanya bahkan ikut nimbrung jika ada yang membicarakannya. Selalu
saja ingin tahu apa yang dilakukannya.
Rasa suka kalau belum dikatakan memang menyiksa. Rasa tidak suka lebih jauh
menyiksa lagi. Rasa suka jika sudah di ungkapkan kdang membuat kita merasa jauh
lebih lega sekalipun kita harus kecewa karena perasaan kita ditolak. Namun kalau
kita mengungkapkan perasaan tidak suka kita, kalau perasaan kita ditolak malah
akan memperpanjang masalah bahkan mengacaukan suasana. Kecuali rasa suka itu
diungkapkan pada seseorang yang memang menyadari kelemahan dan kekurangan dia. Baru
itu dapat menyelesaikan. Justru nantinya malah akan tercipta suasana yang baik.
Rasa tidak suka pada seseorang memang menyulitkan diri kita sendiri. Nah ini
yang perlu di bahas lebih lanjut untuk kita yang memang belum punya keberanian
untuk mengungkapkan perasaan kita. Rasa tidak suka sering menimbulkan rasa
marah, kesal, kecewa, benci, dan perasaan negatif lainnya. Sebaik apapun kita
di luar, pasti pernah atau mungkin sering merasakan perasaan seperti itu. Satu-satunya
cara yaitu dengan mengendalika perasaan itu semua.
Bapak mario teguh pernah mengatakan bahwa rasa marah yang tak dapat
dikendalikan akan merendahkan diri kita sendiri. Itulah yang selalu saya ingat
ketika saya marah pada seseorang. Orang yang terhasut oleh kemarahannya sendiri
apalagi sampai ditunjukan pada orang banyak maka akan merendahkan dirinya dan
justru menampakan sisi buruk dirinya. So, jangan sampai seperti itu.
Jika rasa marah , kesal, kecewa itu muncul dari orang yang tidak kita sukai
maka langkah pertama yang biasa aku lakukan adalah menarik napas panjang. Ketika
kita marah maka tekanan darah bisa naik dengan tiba-tiba, pacu jantung akan
lebih cepat sehingga aliran darah tidak terkontrol. Dengan mengatur nafas maka
oksigen yang masuk akan cukup mengendalikan pacu jantung sehingga tekanan darah
bisa kembali normal. Setelah itu aku biasanya mengucapka kalimat Alloh, “Astagfirullohal’adziim.”
Berkali-kali sampai perasaan cukup tenang. Kalau rasa marah masih tersisa
biasanya saya menulis, menulis apapun termasuk rasa marah dan kesal itu sendiri
tapi tanpa menuliskan nama orang yang tidak kita sukai itu. Selain itu aku
selalu berusaha untuk menjadikan pikiran negatif menjadi positif. Berhusnudzonlah.
Aku juga selalu berusaha mengalihkan pikiranku pada hal lain. Mencoba melupakan
kekesalan dan kemarahanku. Dan selalu tersenyum pada orang yang tidak kita
sukai itu maskipun dalam hati masih menggeremet(istilah asing. Hehe), meski
lain di luar lain di hati menurutku itu bukan munafik ataupun bermuka dua. Kita
hanya ingin menjaga hubungan baik. Bagaimana pun yang ada dalam hati kita
semata-mata adalah prasangka. Kita sudah berusaha untuk mengendalikannya dengan
baik. jangan sampai orang tahu prasangka yang ada dalam hati kita yang belum
tentu fakta dan kebenarannya. Cukup kita dan Alloh yang tahu.
Nah, bagaimana kalau kita benar-benar kesal dan marah tidak tertahankan. menurutku
kita boleh bercerita pada seorang teman dengan syarat bukan sembarang teman,
tapi seorang teman yang amanah dan sekiranya bisa memberi solusi. Bukan
sebaliknya, teman yang malah mengompori kita semakin marah dan benci. Dalam bercerita
pun kita harus hati-hati , kita bercerita karena kita ingin solusi, baik itu
solusi untuk orang yang tidak kita suka itu maupun untuk diri kita sendiri. Dan
jalan terakhir untuk menyelsaikannya adalah mengungkapkan langsung apa perasaan
kita pada orang yang kita tidak suka itu. Namun dengan niat yang baik dan
utarakan maksud kita itu yaitu untuk memperbaiki diri masing-masing. Karena rasa
tidak suka bisa saja disebabkan karena masalahnya memang berasal dari diri
orang yang tidak kita suka. Kenali suasana, jangan cari tempat atau suasana
yang malah memancing emosi. Sertai dengan teman yang kita anggap mampu
memberikan solusi dan melerai kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak kita
inginkan. Dan mengunkapkan rasa tidak suka harus dengan keberanian tinggi. Kita
harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu supaya apa yang kita sampaikan
bisa diterima dengan baik.
Jangan buat diri kita susah oleh hanya sekadar prasangka. Biarkan rasa
tidak suka itu ada sebagai bagian pembelajaran kita atas sabar, menahan nafsu,
berprasangka baik dan syukur. Dalam keadaan apapun selalu ada hal untuk kita
syukuri. Termasuk rasa tidak suka.
Wallohu a’lam..............
0 komentar:
Posting Komentar